Protokol THR/Tunjangan Hari Raya setelah terbitnya Hilal Keuangan

Di muat di Republika Online Senin 10 Mei 2021 dengan Judul Protokol Menghabiskan THR di Masa Pandemi 

Pekan-pekan ini, Fenomena THR (Tunjangan Hari Raya) menjadi hal lumrah kita dengar dan kita lihat.

Sehingga 10 hari Ramadhan terakhir harusnya khusuk buat i'tikaf, malah persiapan tradisi buat kue, hampers alias antaran ke yang membutuhkan jadi fokusnya.


 

Bukan saja bulan baru yang orang tunggu-tunggu ketika 1 Syawal tiba, tetapi hilal keuangan pun, sangat di nantikan oleh semua orang di era Pandemi hari ini.

Bagi yang tahun ini atau tahun kemaren sudah tidak mendapatkan THR, maka mencari alternatif pendapatan selama lebaran bisa jadi solusinya.

Bagi yang masih dapat THR full, wajib bersyukur, termasuk juga yang hanya dibayarkan 50% dari gaji.

Lantas, bagaimana cara mengelola THR tersebut?

THR adalah pendapatan tahunan, maka penggunaannya pun buat tahunan.

Apa saja pengeluaran tahunan tersebut dan bagaimana cara mengaturnya?

Dalam Financial SOULution, ada 4 alokasi secara fundamental yang wajib kita sadari :

 

#1 Dimensi SOUL

SOUl adalah singkatan dari SOsial SpiritUaL.

Ibarat sebuah lukisan, ada frame atau bingkainya, maka pembagian THR mengacu pada :

a. Pay your God first

Walau kita sudah ada alokasi bulanan buat kewajiban kepada Tuhan, di suasana lebaran, tidak ada salahnya memberikan hal lebih buat zakat, perpuluhan, derma dan lainnya.

b. Pay your Social second

Berbagi kebahagiaan adalah kewajiban buat sesama, apalagi ada tetangga dekat yang sangat-sangat membutuhkan.

Maka dana Infaq, Dana sosial, Santunan, termasuk juga kita yang memberikan THR buat pekerja di rumah, seperti asisten rumah tangga, tukang kebun dll juga perlu kita perhatikan.

c. Pay your self third

Walau THR memang harusnya di habiskan, habiskanlah di jalan yang benar.

Maka saran buat investasi dari leher ke atas alias upgrade Kompetensi itu sesuatu yang mutlak kita lakukan.

Selain mendongkrak karir dan network kita, juga memiliki konsekuensi ke THR kita pada tahun-tahun berikutnya.

 

#2 Dimensi Masa Lalu

Utang adalah kegiatan masa lalu yang berjalan di masa sekarang.

Kita beli produk/jasa di masa lalu, tetapi tetap menghantuinya di masa sekarang.

Jika itu utang baik, artinya bisa membiayai dirinya sendiri, misal utang buat beli apartemen, dimana apartemen tersebut disewakan hingga mendapatkan arus kas, itu mungkin tidak masalah.

Yang jadi masalah adalah ketika utang jelek atau utang super jelek seperti utang konsumtif, utang kartu kredit dan utang pinjol (pinjaman online).

Jika hari ini kita punya utang kartu kredit yang tidak bijak dalam penggunaannya dan pinjol (pinjaman online) yang bunganya mencekik leher, maka prioritas pelunasannya menjadi yang utama ketika mendapatkan THR.

 

#3 Dimensi Masa Depan

Walau masa depan itu belum kejadian, tetapi dia adalah sebuah keniscayaan, sehingga kita perlu antisipasi.

Baik buat proteksi seperti dana darurat, tabungan jangka pendek dll maupun jangka panjang seperti dana pendidikan anak, biaya pensiun dll.

Buatlah investasi yang sesuai alur dari siklus hidup keuangan kita hari ini.

Misalnya kita belum menikah, maka buatlah persiapan dana hendak menikah.

Juga jika ingin memiliki rumah kedua, perkebunan, pertanian atau pun berinvestasi di pasar modal, yang banyak sekali instrumen keuangannya.

 

#4. Dimensi Masa sekarang

Setelah terbitnya Hilal Keuangan, maka pos-pos berikut ini perlu kita jalankan sesuai Protokol THR/Tunjangan Hari Raya.

Intinya bagaimana kita menikmati hari raya yang direncanakan.

Bagi yang tidak mudik, maka banyak spending dana buat mimpi-mimpi keuangan lainnya.

Bagi yang mudik ke kampung halaman, maka beberapa tips berikut patut kita cermati.

 

a. Mudik itu sendiri

Penggunaan kendaraan, baik itu pesawat terbang, kapal laut, kereta api, kendaraan umum seperti bus dan travel atau kendaraan pribadi masing-masing memiliki konsekuensi.

Misal, jika kita bepergian via pesawat, berarti ada biaya tambahan seperti Rapid Test, atau PCR Swab.

Jika 1 orang kena Rp 600rb-1jt, maka jika membawa keluarga, tinggal dikalikan saja.

Beda lagi jika membawa kendaraan sendiri, selama perjalanan dari tempat tinggal ke kampung halaman, ada biaya seperti makan, bensin dan biaya-biaya tidak terduga yang kita perlu antisipasi.

 

b.Open house

Walau hari ini kita di larang berkerumun, fenomena buka bersama mengajarkan kita untuk kembali bersosialisasi.

Memang harus dengan Protokol Kesehatan yang ketat, tetapi berbagi kebahagiaan dengan membuka pintu rumah kita, apalagi di kampung halaman adalah sebuah kewajaran dan harus benar-benar kita perhitungkan.

Belum lagi tradisi berbagi amplop lebaran buat keponakan kita.

Walau tidak ada kewajiban, tetapi jika memang ada dananya, lakukanlah dengan bijaksana dan terkendali.

 

c. Pulang ke tempat kerja

Ini yang menjadi sebuah fenomena menarik dan terjadi setiap tahun, begitu pulang kembali ke tempat kerja, tabungan menjadi minus.

Di kampung gagah-gagahan layaknya orang sukses, tetapi keuangannya menderita.

Jangan sampai mengharapkan masih ada gaji bulan berikutnya, malah ada PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan ini fatal sekali.

So, bijaklah dalam menggunakan THR, karena hidup harus terus berjalan, dan Pandemi Covid 19 ini belum berakhir.

 

Wallahu'alam

 

Hari 'Soul' Putra

Motivator Keuangan

Managing Director WealthFlow 19 Technology

 www.P3KCheckUp.com

Founder DOI/Daya Optimasi Institute & Aktivis Gaya Hidup Sehat Keuangan


#ProtokolTHRTunjanganHariRayaSetelahTerbitnyaHilalKeuangan #SpiritualFinance #MotivatorKeuangan #HariSoulPutra #SuksesKeuangan #MemenangkanKrisisDenganMotivasiKeuangan #KetenanganKeuangan #MotivasiKeuangan #TerapiKeuangan #TerapiCashFlow #KuliahOnline #BelajarMasaKini #CoachingOnlineBersamaHariSoulPutra #SeminarOnline #SolusiUtangMenumpuk #ManajemenRumahTangga #JasaKonsultanKeuanganRumahTangga #FinancialMotivator #KeuanganBerbasisSpiritual #MotivatorKeuanganIndonesia