Panca (5) Pendapatan, Digital dan Hijrah


Happy Friday-Tidak terasa usia 40 tahun sudah saya lampaui akhir tahun lalu.

Banyak introspeksi yang saya lakukan di dalam menjalani kehidupan di Era 4.0 saat ini.

Jika boleh flash back paska kuliah, dimana saat itu saya hijrah dari Jogjakarta ke Jakarta, ada banyak hal yang bisa saya bagikan buat Sahabat Motivasi Keuangan.

Panca (5) Pendapatan
Ketika selesai ujian skripsi dan menunggu wisuda di bulan Mei, saya mencoba membuat Career Path.

Paling tidak ada 3 bidang yang akan saya masuki dan berkarir disana.
1. Kerja di perusahaan, lalu setelah 10 tahun membangun usaha sendiri
2. Kerja di LSM, lalu setelah 10 tahun membangun LSM sendiri
3. Memulai Wirausaha/Bisnis dan 'Financial Freedom' ala Kiyosaki di usia 30 tahun.

Tepat 1 bulan sebelum wisuda, ada tawaran Pelatihan dari salah satu NGO (Non Government Organization) untuk mengikuti Kursus Kepemimpinan selama 1 bulan yang dibiayai oleh NGO dari Canada dan Jerman.

Singkat cerita, sembari mengirimkan surat lamaran kerja ke berbagai instansi dan mengurus administrasi paska wisuda, 3 bulan kemudian saya mengikuti Pelatihan Kepemimpinan 1 bulan tersebut.

Sepertinya ini adalah 'Pembekalan' sebelum terjun ke masyarakat.

Lepas pelatihan, saya sempat tinggal di Bandung dan akhirnya Hijrah ke Jakarta.

Saat itu usia saya baru 24 tahun, masih sangat energik dengan visi besar seperti yang tertulis di career path yang saya buat.

Ternyata, rencana boleh kita tulis, tapi dalam pelaksanaannya, tentu perlu merevisi disana sini.

Dari awal ingin FOKUS pada salah satu dari 3 rencana di atas, ternyata jalan hidup menghendaki lain.

Pertama, saya terjun ke bidang keuangan di beberapa bank dalam kurun waktu 3 tahun.

Dan ini tidak sesuai rencana di awal.

Kedua, saya menjadi volunteer di sebuah NGO dengan karyawan terbanyak di dunia, dan inipun tidak sesuai rencana awal.

Ketiga, saya tidak memulai berwirausaha/berbisnis murni layaknya saran Kiyosaki dan pastinya beberapa Konsep Kiyosaki malah saya revisi sendiri, karena dapat Info Valid dari salah satu gurunya Kiyosaki.

Pertanyaannya, apakah sia-sia saya menuliskan Career Path di atas?

Saya bilang tidak, malah saya bersyukur semua rencana tersebut ibarat sebuah do'a saya yang Allah SWT kabulkan, dengan perjalanan hidup yang 'indah' ini.


Hijrah

Dulu sewaktu kuliah, yang namanya Hijrah Keuangan Tahap SATU tidak pernah di bahas secara detail oleh para dosen.

Persoalan riba atau bunga bank, bukanlah sebuah hal fundamental yang perlu di praktekkan.

Begitupun Hijrah Keuangan Tahap DUA dimana Melek Finansial seharusnya sudah melekat pada Sarjana yang baru LULUS.

Disini harusnya kata HIJRAH atau berpindah sudah semestinya dilakukan, tidak sekedar berpindah fisik, tetapi juga Pindah Pemahaman.

Dan untuk memahami hal di atas, Dunia Profesional yang saya geluti selama 10 tahun 2002-2012, dari Karyawan Bank, Karyawan Lembaga Pelatihan, Konsultan Pendidikan, Konsultan Perusahaan dll hingga menggeluti juga dunia NGO dan MLM serta menjadi wirausaha di bidang Madu, Makanan, EO dll adalah sebuah cara pandang baru yang semakin meninggikan helicopter view saya dalam memahami dunia Karyawan, Pekerja Mandiri, Wirausaha dan Investasi.

Saat menjalani dunia Self Employee dan Entrepreneur secara totalitas sejak tahun 2012 hingga sekarang, saya meyakini tidak ada yang namanya sukses secara instan, semua itu perlu perjuangan yang panjang hingga nantinya kita akan menyadari bahwa semua itu adalah anugrah terindah yang telah kita jalani dan lewati.


Digital

Digital menurut KBBI daring adalah yang berhubungan dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu, berhubungan dengan penomoran dll.

Artinya digital atau digitalisasi tidak akan lepas dari angka-angka.

Disini pemahaman memahami angka (story behind the number) menjadi penting.

Tanpa angka, kita akan sulit menetapkan sebuah tujuan, apalagi jika Mimpi tersebut harus spesifik, yang terjadi malah tujuan kira-kira yang muncul.

Setelah kita Hijrah Keuangan Tahap SATU lepas dari riba, dilanjutkan dengan Hijrah Keuangan Tahap DUA menyadari Melek Keuangan, maka dunia Digital yang pertumbuhannya melaju secara eksponensial perlunya kita Melek Digital disana.

Jika hari ini simbol digital adalah SmartPhone, maka kita juga harus menjadi SmartPeople yang menguasai dunia digital.

Dunia angka-angka ini, jika ditransformasikan ke dalam Big Data, maka penemuan-penemuan baru yang mendistrupsi seperti adanya restoran tanpa restoran ala GoFood, Bank tanpa bank ala OVO/GoPay/e-money dll bisa membuat kita kaya raya atau miskin raya.

Bagi sang penemu ide tersebut, kemakmuran pastilah akan menghampirinya, sedangkan bagi yang hanya jadi konsumen yang konsumtif, akan selalu menjadi target market dari para kapitalis tersebut.

Oleh karena itu, di era digital ini haruslah kita kuasai dengan kompetensi yang memadai agar tidak terdistrupsi.


Panca (5) Pendapatan

Ada 2 Prinsip Keuangan yang saya selalu gunakan, baik di Corporate Finance (Financial Literacy) maupun Personal Finance (Money Management).

1. Pendapatan itu harus lebih banyak dari pengeluaran

Filosofi Wealth Flow 19 di buku ke tiga saya adalah 1 pengeluaran dan 9 pendapatan.

Artinya, dengan Gaya Hidup Sehat Keuangan yang menjalankan Misi Hidup Semurah Mungkin, akan membuat kita bisa sejahtera.

2. Pendapatan itu harus lebih cepat dari pengeluaran

Jika sumber-sumber pemasukan sudah kita ketahui, maka tugas berikutnya adalah 'memastikan' income/pendapatan kita harus lebih cepat mengalirnya ke kantong kita ketimbang uang keluar.

Dengan pendapatan yang banyak dan cepat, maka pelipatgandaan arus kas dan pertumbuhan aset kita akan terus meningkat.

Di luar dari itu, jika kita punya pendapatan, hal yang perlu kita sadari adalah berapa pengeluaran riil kita, bisa bersifat harian, pekanan, bulanan, semesteran atau tahunan.

Dengan menyadari ini, kita mulai merancang berapa pendapatan yang kita butuhkan nantinya, baik di masa sekarang maupun akan datang.

Jika hari ini kita masih berstatus sebagai seorang karyawan dengan 1 income dari gaji, maka jangan cepat berpuas diri, milikilah income ke 2, 3, 4 dst.

Hal ini bisa di mulai dari :

1. Bisnis Tunai berbasis Kompetensi

Salah satu yang membuat usaha bisa tetap hidup adalah Cash/Uang Tunai.

Dengan cash ini, kita bisa terus menghidupkan mesin usaha kita tanpa harus terganggu oleh urusan domestik keluarga.

Dengan cash jugalah, perputaran usaha atau proyeksi Business Plan kita bisa berjalan sesuai skedul.

Ada seorang pengusaha skala menengah yang saya ketahui, menolak order ketika order tersebut harus di bayar secara tunda.

Dan hari ini, bisnisnya tetap bertumbuh dan beliau tetap kekeuh dengan prinsipnya.

2. Simpan Emas LM (Logam Mulia) berbasis Lindung Nilai

Jika dahulu emas (dinar) adalah mata uang layaknya rupiah, dollar dll, hari ini beberapa Komunitas DnD (Dinar dan Dirham) seperti Wakala Nusantara, Dinar first dan Gerai Dinar dll menjadikan Dinar (emas) sebagai mata uang yang tidak lekang oleh zaman.

Pertukaran barang dengan Dinar (Emas), lazim terjadi lagi dan bagi mereka itu adalah normal.

Di Era NEW NORMAL (kenormalan baru) sekarang ini, beberapa teman saya malah 'menyimpan' emasnya di 'brankas' aplikasi.

Jadi, ketika mereka ingin mencairkan emas tersebut, bisa berujud emas fisik atau uang tunai.

3. Royalti Intelektual berbasis Branding berkarakter

Walau semua orang yang sehat bisa menulis, minimal update status di media sosial masing-masing, tetapi tidak semua orang punya buku.

Apalagi buku yang memotivasi dan menginspirasi banyak orang.

Dengan buku ini selain mendapatkan royalti, juga bisa menjadi legacy (warisan) buat anak cucu kita.

Di karya intelektual ini, minimal 1 buku seumur hidup sudah cukup.

Bahkan, beberapa rekan saya menjadikan karya buku (fiksi dan non fiksi) menjadi routine income-nya, hanya dari royalti buku atau menjualkan buku fisiknya.

4. Teknologi Uang berbasis Internet Marketing

Semua orang punya smartphone, tetapi tidak setiap orang menjadikan smartphone-nya bisa menghasilkan uang.
Harusnya, semakin canggih smartphone-nya, potensi penghasilannya semakin tinggi.

Di Era 4.0 ini, hanya bermodalkan HP standard, seorang teman bisa menghasilkan Rp 50jt Kursus via WA selama 10 hari berdurasi 2 jam, tanpa harus keluar dari kamar tidurnya.

Beberapa yang lain, membuat aplikasi Financial Technology (FinTech), sementara teman yang 'konservatif' menjual barang fisik via internet marketing.

Artinya, apapun Business Model-nya, Money Technology (Teknologi Uang) ini, akan menjadi daya tarik sendiri sejak Generasi Milenial dan Generasi Z.

5. Investasi Ritel berbasis Syirkah Berjama'ah

Walau hari ini, sudah ada Pasar Modal Syariah, tetap saja pangsa pasar 'konservatif' di sebuah bisnis tidak padam.
Jika terkendala modal, model investasi ritel berbasis syirkah tetap bisa menjadi pilihan.

Jika kita sendiri-sendiri tentu lebih sulit untuk bersatu, tetapi jika berjama'ah, Insya Allah lebih kuat.

Jika di Pasar Modal kita hanya melihat laporan keuangan dari 'bisnis' yang kita beli (sahamnya), di bisnis berbasis syirkah ini, kita bisa langsung 'terjun' dan beberapa orang dapat laporan transaksi hariannya.

Jadi serasa punya bisnis, tapi orang lain yang menjalankannya.

Bahkan kita bisa menjadi seorang konsumen fanatik harian, tetapi akhir bulan atau akhir tahun, kita bisa dapat bagi hasilnya.

Intinya, dengan Hijrah-nya kita, lalu berjibaku di dunia Digital, Insya Allah akan mendapatkan, minimal Panca (5) Pendapatan jika mulai ACTION dengan cara yang benar dan konsisten

Wallahu'alam Bisshowab....


 
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com  
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan Indonesia
0815 1999 4916

 
#Panca5PendapatanDigitalDanHijrah
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan