Bisnis Berjama'ah menuju Korporatisasi (Bagian 1)


Happy Friday-Jika ingin kaya, Anda harus segera pindah (kuadran).  Anda tidak butuh pekerjaan baru, yang Anda butuhkan adalah alamat baru
(Robert T Kiyosaki dalam The Business of the 21st Century)

Salah satu yang saya pelajari dari pemikiran seorang Kiyosaki adalah Konsep Berpindah Kuadran.

Padahal yang namanya pindah tidak mesti alamat baru (Baca : Kuadran).

Bisa jadi alamat lama, tapi dengan pola pikir baru.

Karena kaya dan miskin itu bukan persoalan keadaan, tetapi persoalan mentalitas.

Seorang Warren Buffet, alamat rumah dan mobilnya tidak pernah berubah dari tahun 70-an hingga hari ini, tetapi beliau memilki Mentalitas Kaya.

Bisnis Berjama'ah Menuju Korporatisasi (Bagain 1)
Sahabat saya seorang Pengusaha Sukses asal Surabaya di bidang pendidikan, rumah beliau tetaplah di gang sempit yang tidak bisa dimasuki mobil.

Walau kesehariannya beliau selalu di antar jemput sama supir pribadinya.

Yang satu setiap pagi pergi ke kantornya dan hingga hari ini masih menjadi CEO, yang satunya konsisten dengan baju yang digunakan dalam hitungan jari layaknya Mark Zuckerberg yang setiap hari menggunakan kaos abu-abu.

Padahal mereka bisa merubah gaya hidupnya jika mereka mau.

Tetapi mereka tetap hidup sederhana, hidup semurah mungkin.


Mental Simplicity

Mental Simplicity atau Mentalitas Sederhana adalah sebuah Gaya hidup sehat keuangan yang terus dipupuk dari hari ke hari.

Dua contoh di atas adalah cerminan bagaimana seharusnya menikmati hidup tanpa terbebani dengan keadaan.

Mereka yang secara kasat mata punya harta berlimpah, tetapi sejatinya adalah orang-orang kaya beneran, bukan kelihatan kaya.

Bedakan dengan mereka yang kelihatan kaya, padahal hidupnya tidak tenang dikarenakan kebanyakan utang konsumtif dan terjebak dengan gaya hidup.

Bagaimana mereka memupuk kekayaannya, ini yang perlu kita teladani.

Ada banyak teori menjadi kaya, tetapi apakah itu pas dengan keadaan kita dan bisa dilaksanakan atau tidak?

Mari kita pikirkan sejenak sembari menyesap kopi susu yang dihidangkan pasangan kita atau yang kita buat sendiri.


Mindset Berjama'ah

Tidak ada yang salah dengan ungkapan, "Lebih baik menjadi raja di negeri sendiri, ketimbang budak di negeri orang" tetapi Mentalitas Budak atau Raja sejatinya kita sendiri yang menentukannya.

Secara de jure, kita adalah 'Raja' di tanah air kita, tetapi secara de facto kita adalah 'budak' yang masih terjajah secara ekonomi.

Tidak usah jauh-jauh, barang apa saja yang ada di kamar mandi kita hari ini?

Apakah produk milik bangsa sendiri ataukah milik bangsa lain?

Saya yakin lebih banyak produk orang lain, bukan.

Maka jika kita ingin benar-benar menjadi 'raja' di tanah air kita, mulailah Merdeka secara Mentalitas.

Orang-orang yang Merdeka secara Mentalitas adalah  mereka yang mau berubah tetapi bukan dengan berjuang sendiri-sendiri.

Indonesia bisa merdeka, selain tentunya atas berkat Rahmat Allah SWT, juga karena kitanya bersatu sebagai bangsa Indonesia.

Bersatu itu bermakna berjama'ah.

Memberi kesempatan satu pemimpin di depan (imam), yang lainnya mengikuti (makmum).

Hari ini yang namanya UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) bertebaran bak cendawan di musim hujan.

Entah sebagai karakter dan panggilan hidup ataukah karena ketiadaan mendapat pekerjaan di negeri ini.

Memang mereka lebih tahan terhadap krisis, tetapi tidak secara bangsa.

Karena pertarungan sejati itu adalah ketika negara bangsa bersaing secara sehat dengan negara bangsa lainnya.

Oleh karena itu, agar bisa menjadi bangsa unggul, para UMKM ini harus bersatu.

Bahwa ada yang kecil dalam konteks efisiensi, itu yang harusnya kita tiru.

Misalkan, bagaimana seorang Warren Buffett dengan 50 orang karyawan di IC (Investing Company) Berkshire Hathaway-nya bisa menjadi salah satu orang paling kaya di planet bumi.

Kecil dan efisien secara organisasi, tetapi produktif secara aset.


Bisnis Berjama'ah

Bisnis sejatinya adalah Proses Transformasi dari Asset menjadi Cash.

Sebelum menjadi Cash atau Free Cash, Asset ini merubah dirinya secara efektif menjadi Sales, dari Sales secara efisien menjadi Profit, dari Profit secara produktif menjadi Cash.

Produktivitas inilah yang menjadi Kunci Utama agar Bisnis bisa Berkembang (Growth) dan bertahan (Sustainable) sepanjang masa hingga akhir zaman.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal : Air, Padang rumput (pangan), dan Api (energi).

Di zaman para Sahabat, seperti Abdurrahman bin Auf RA, mereka sudah terbiasa untuk melakukan Bisnis secara Berjama'ah dalam irama korporatisasi.

Ada para Pemodal (investor) dan ada Pengelola (entrepreneur) yang tidak jarang entrepreneurnya adalah langsung Abdurrahman bin Auf RA.

Jadi orang kompeten bertemu master (ahli).

Makanya ketika Kafilah Dagang Abdurrahman bin Auf RA berangkat dari Madinah ke Syam (wilayah Palestina hari ini), ada banyak 'dana' para Sahabat Nabi yang lain yang dititipkan lewat Abdurrahman bin Auf RA dalam konsep Syirkah.

Disinilah keluasan hati seorang Abdurrahman bin Auf RA yang mau membagi 'keuntungan' yang nantinya beliau dapatkan buat para Sahabat Nabi yang lain.

Sikap inilah yang menjadi dasar dalam Bisnis Berjama'ah menuju Korporatisasi masa kini.

Kita lanjut di bagian 2 ya….


Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
 

 
#BisnisBerjamaahMenujuKorporatisasiBagian1
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan
#Investor
#Korporatisasi