Strategi Bertahan dan Menyerang para Pengusaha di Masa Pandemi Covid 19-Part 1

Oleh : Hari Soul Putra

Pengusaha menurut KBBI daring adalah orang yang mengusahakan (perdagangan, industri, dan sebagainya), atau orang yang berusaha dalam bidang perdagangan, saudagar dan usahawan.

Yang membedakan dengan dagang adalah value yang di bangun serta adanya sistem yang baik dan teruji.

Tapi hari ini, para pengusaha yang selama ini menikmati laba dari bisnisnya, begitu Pandemi Covid 19 muncul, kalang kabut dan tidak tahu harus bagaimana.

Beberapa pemain besar, dengan alasan Survival Mode, mengesampingkan dulu value yang di bangun dan kembali ‘turun ke jalan’, layaknya para pedagang.

Bahkan sudah jamak kita lihat ketika sekelas Pizza Hut, McD dan KFC yang notabene dikenal cukup high end berbaur dengan para pedagang di jalanan. 

Lantas apa yang harus kita lakukan agar bisa bertahan dan menyerang di masa pandemi covid 19 ini?

Berikut 2 Strategi Bertahan dan Menyerang di tengah Pandemi Covid 19 bagi para pengusaha :

1. Strategi Hidup

Hidup artinya masih terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya.

Pandemi covid 19 boleh menyerang masyarakat dan bangsa kita, tapi tidak boleh menghancurkan iman dan kehidupan kita.

Agar kita tetap bisa HIDUP, maka perkuat iman alias keyakinan agar kita bisa tetap bergerak.

Ada 2 pendekatan dalam bidang keuangan ketika kita harus memiliki strategi yakni Corporate Finance dan Personal Finance.

Salah satu sukses, belum tentu yang lainnya sukses.

Idealnya, seorang pengusaha sejati menguasai kedua-duanya, Financially Competence.

Corporate finance berbicara tata kelola uang perusahaan, sedangkan Personal finance berbicara tata kelola uang si pengusaha alias owner atau foundernya.

Ketika terjadi pandemi, banyak yang akhirnya tidak bisa membedakan antara corporate finance dan personal finance.

Padahal yang namanya keuangan perusahaan, ada bab sendiri, sedangkan keuangan si pemilik perusahaan ada bab sendiri juga.

Ketika keuangan perusahaan jadi kacau, maka pendekatannya harus berbasis corporate.

Maka lakukanlah dengan cara-cara korporasi.

Ibarat bermain, kita harus tahu kapan harus cut loss.

Meminimalisir kerugian, yang jika diteruskan akan menghabiskan resource yang sudah kita bangun selama ini.

Maka, yang idealnya adalah :

a. Punyai Business Buffer.

Business Buffer adalah Penahan Bisnis ketika bisnis kita akan ambruk.

Ibarat bangunan, business buffer adalah fondasi dari sebuah bisnis.

Walau bukan segala-galanya, business buffer ini membuat kita tenang dalam berfikir agar tidak salah langkah dalam menapaki etape perubahan di masa pandemi ini.

Jika kita masih ada buffer atau tiang penyangga bisnis, kita mulai menghitung hari, kapan Pandemi Covid 19 ini berakhir dan kembali ke masa sebelum pandemi.

Yang tidak punya buffer alias hanya bertahan 1-3 bulan saja, maka begitu lewat bulan ke-3, siap-siap menutup usahanya.

Disinilah esensinya seorang pengusaha yang lebih melakukan pendekatan intelektual ketimbang emosional.

Misalnya, ketika Sales atau Omzet lagi terjun bebas, suka tidak suka, jika karyawan sudah tidak bisa di gaji lagi, ya harus di PHK.

Biasanya alokasi dari keuntungan usaha, digunakan buat dana jaga-jaga.

Normalnya antara 3-6x pengeluaran tetap bulanan perusahaan.

Memang kelihatannya besar, tapi memang sudah harus kita cadangkan sejak awal berbisnis.

Kalaupun belum bisa ideal, tetapi kebiasaan ini mesti kita bangun sejak dini.

Bagaimana jika kondisi ini bertahan hingga 2 tahun ke depan alias 24x pengeluaran tetap bulanan?

Suka ataupun tidak Business Buffer ini menjadi tidak bermakna, jika usahanya tidak ingin kolaps.

Jika sudah lewat dari 6 bulan, berarti siap-siap meninggalkan bisnis yang telah lama kita tekuni.

Beberapa orang malah sudah memprediksi akan kemana 6 bulan ke depan.

Yang jadi masalah apabila kita punya believe system, 'Mother love their baby' dimana akibat terlalu sayang pada bisnisnya, maka tidak tega 'berpisah' padahal berpisah disini berpisah sementara, sebelum kembali ke track sebelumnya.

Dalam dunia riset, The Art of Thinking dikenal istilah sunk cost fallacy atau sering juga dinamakan escalation of commitment yakni saat seseorang sudah telanjur menginvestasikan uang, tenaga dan pikiran pada sebuah proyek/aktivitas tertentu, maka ia akan cenderung mempertahankan selamanya, meski sudah terbukti tidak menguntungkan.

Contoh sunk cost fallacy : sayang sich, saya sudah telanjur basah dalam bidang usaha ini.

Dia telanjur terikat secara emosional dengan aktivitas usaha ini, dan enggan melepaskannya meski sebenarnya sudah tidak menguntungkan.

Sunk cost fallacy bisa membuat kita kehilangan kesempatan lain yang lebih bagus.

Kenapa?

Sebab saat kita keukeuh bertahan dengan pilihan lama yang sebenarnya sudah tidak menguntungkan, kita otomatis mengabaikan peluang lain yang kemungkinan memberikan hasil yang jauh lebih baik.

Ada juga yang pivot, berputar arah dari core yang selama ini di tekuni.

Padahal, ketika kita pivot ke bisnis baru, maka hukum start up berlaku, dimana probabilitasnya untuk sukses hanya 20% sesuai hukum pareto.

Maka agar bisnis tetap bisa berjalan (pada industri yang sangat terdampak), pivot dimaknai ISTIRAHAT untuk  Wuquf alias Stop & Think.

Sekarang kita malah sudah lewat 6 bulan dari sejak lock down perdana di pertengahan Maret 2020.

Artinya, jikapun business buffer kita miliki 6 bulan pengeluaran bulanan, inipun sudah habis maka bulan ke-7 dan seterusnya mengikuti hukum start up.

Jikapun kita masih punya business buffer hingga 12x pengeluaran bulanan, maka sekarang adalah masa-masa krusial.

Kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu kita.

b. Miliki Emergency Fund

Jika kita sudah memisahkan keuangan bisnis dan keuangan pribadi, maka ketika bisnis kita kolaps, kita tetap bisa survive.

Minimal masih bisa bergerak dan bertahan serta punya harapan.

Idealnya, emergency fund alias dana darurat adalah 12x pengeluaran bulanan dengan sebelumnya kita melakukan Financial Check Up agar benar-benar bisa hidup semurah mungkin.

Inilah 2 hal dari strategi hidup perusahaan dan pribadi pemilik perusahaan agar tetap bisa survive.

Jika 1 hal ini kita sudah bisa menyelesaikannya, maka baru masuk ke strategi kedua.

Kita lanjut Part 2 ya

Jika Anda tertarik Kuasai Keterampilan dalam Menghasilkan Uang di Pandemi Covid 19 via Workshop Online Oshibana "Seni Bunga Press dari Jepang" Batch 3 Frame Art Sabtu, 7 November 2020 pukul 09.00 - 12.00 Wib untuk detail informasinya bisa buka disini.

Wallahu'alam....

 

Hari 'Soul' Putra

Managing Director WealthFlow 19 Technology

 

#StrategiBertahanDanMenyerangParaPengusahaDiMasaPandemiCovid19Part1 #MotivatorKeuangan #HariSoulPutra #SuksesKeuangan #MemenangkanKrisisDenganMotivasiKeuangan #KetenanganKeuangan #MotivasiKeuangan #TerapiKeuangan #TerapiCashFlow #KuliahOnline #BelajarMasaKini #CoachingOnlineBersamaHariSoulPutra #SeminarOnline #SolusiUtangMenumpuk #ManusiaBeruntung3Dimensi #JasaKonsultanKeuanganRumahTangga #FinancialMotivator #KeuanganBerbasisSpiritual #MotivatorKeuanganIndonesia