Cerdas finansial bagi pengusaha

Berbicara tentang para pengusaha (entrepreneur) seperti tidak akan ada habisnya. Selalu dan selalu ada kejutan, apalagi di era inovasi sekarang ini. Meminjam istilah Gede Prama, Inovasi atau Mati.

Artinya jika tidak ada inovasi, maka bisa dipastikan, sebuah perusahaan lama-lama akan menjadi dinosaurus dan punah ditelan zaman. Hanya akan menjadi catatan sejarah saja, salah satu contoh yang cukup fenomenal adalah brand Nokia. Dulu adalah raksasanya smartphone, tetapi hari ini inovasi sudah beralih ke teknologi berbasis android, dan untuk menjadi market leader, mungkin bisa tetapi perlu memulai dari TITIK NOL kembali.

Walau begitu, teknologi sehebat apapun dan inovasi terbaik sekalipun, jika tidak ditopang oleh sistem keuangan yang baik, maka siap-siap akan mengalami kepunahan.

Jika ada 4 pilihan dari bagian dalam sebuah bisnis, mana yang akan Anda pilih?
SDM/Sumber Daya Manusia (human resources), Produksi (production), Pemasaran dan penjualan (sales & marketing) ataukah Keuangan (finance)?

SDM/Sumber Daya Manusia, Produksi, Pemasaran dan penjualan itu penting dan tetapi jika jantungnya, yakni keuangan tidak Anda kuasai dan pahami, maka siap-siap akan ditipu oleh partner bisnis atau bawahan Anda. Untuk hal keuangan, seorang pengusaha ABSOLUT harus paham, sementara yang lainnya, bisa didelegasikan.

Paling tidak, Anda tidak harus tahu secara teknis teori akuntansi, tapi Anda WAJIB PAHAM bagaimana alur dan prosesnya, sehingga Anda tahu kapan harus ekspansi dan harus memotong bagian-bagian yang tidak produktif.

Cerdas keuangan bagi pengusaha bisa kita mulai belajar dari sebutir telur.

Kenapa harus telur?

Jika teori konvensional Investasi ada adagium yang mengatakan “Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang, karena jika keranjangnya terbalik, maka semua telur tersebut akan pecah.”

Sementara cerdas finansial dari sebutir telur adalah harga telur tersebut. Semakin hari semakin menurun.

Sebelum krisis moneter tahun ‘97-‘98 di Jakarta, rata-rata harga 1 kg telur Rp 2.000, ketika pasar modal di Amerika sempat ambruk tahun 2008, 1 kg telur berharga Rp 7.500 sampai Rp 8.000, hari ini harga telor 1 kg di kisaran Rp 21 ribu.

Jika tahun ‘95-‘96 Anda punya uang Rp 100 ribu maka Anda bisa mendapatkan 50 kg telor, tahun 2008 dengan uang yang sama, Rp 100 ribu Anda hanya dapat 12,5-13,3 kg, hari ini Anda dapat 4,6-5 Kg.
 
Uangnya sama, sama-sama Rp 100 ribu dan telornya pun sama, berbentuk bulat, tetapi kenapa yang kita dapatkan berbeda?

Itulah yang dinamakan inflasi, sementara jika kita bandingkan dengan dinar (uang emas) yang abad ke-7 bisa membeli 1 kambing, hari ini pun tetap bisa membeli 1 kambing dan dirham (uang perak) yang bisa membeli 1 ayam, tetap bisa membeli 1 ayam.

Hanya dalam konteks keuangan modern, emas dan perak hanya menjadi alat hedging(lindung nilai), tidak menjadi alat bayar lagi, kecuali dibeberapa komunitas seperti Wakala Nusantara dan Dinar First.

Setelah kita paham tentang dasar uang, masih kah kita akan menabung dalam mata uang rupiah secara jangka panjang?

Hal selanjutnya adalah Strategi dalam mengelola uang, jika dalam dunia usaha kita harus memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha/perusahaan. Metodologinya adalah, yang pertama, Strategi Sejahtera(financial literacy) untuk keuangan perusahaan dan yang kedua adalah Strategi Hidup Sejahtera (money management) untuk keuangan pemilik perusahaan. 
Buat financial literacy, akan kita bahas dalam artikel tersendiri, sekarang mari kita fokus terlebih dahulu dengan money management.

Paling tidak ada 3 hal yang wajib dipahami oleh pemilik perusahaan agar cerdas secara finansial :

1.    Knowledge (jenis uang)
Apa itu uang?
Untuk memahami sejarah uang, silahkan Anda baca buku Jack Weatherford bagaimana proses terjadinya uang dari Fase 1 Tunai klasik (barter), Fase 2 Dwi metal/logam mulia (dinar/emas dan dirham/perak), Fase 3 Uang kertas dan Fase 4 dan 5 Uang kartu dan Uang elektronik.

Poin-nya adalah bahwasanya uang hanyalah sebuah IDE, ide yang dilaksanakan. Tinggal masalahnya ada ide yang baik dan ada ide yang buruk terhadap uang, sehingga nanti Anda akan mempelajari 3 jenis pendapatan : Biasa, Portofolio dan Pasif.

Di luar dari itu, konsep global dari uang apa yang kita kenal dengan nama PAD, bukan Pendapatan Asli Daerah, tetapi Proteksi, Akumulasi dan Distribusi. Kapan kita harus punya proteksi, kapan sudah harus menabung dan Investasi serta mempersiapkan untuk mendistribusikan uang kita.

Bagi para pengusaha, paling tidak ada 4 hal yang wajib dipunyai dalam money management ini, yakni uang hidup atau uang untuk hidup, berarti uang untuk keperluan sehari-hari. Sebagai seorang pengusaha, Anda wajib digaji atau dihargai sebelum menggaji atau menghargai karyawan Anda,pay your self first.

Metodenya bisa menggunakan persentase dari profit, artinya karena profit seorang pengusaha fluktuatif, maka target profit atau mengejar omset bisa menjadi patokan awal. Selanjutnya ada uang darurat atau bermakna juga uang proteksi atau uang jaga-jaga, lalu uang impian dan uang Investasi.

Dengan adanya 4 jenis uang ini: Uang Hidup, Uang Darurat, Uang Impian dan Uang Investasi, maka Anda tahu akan kemana alur keuangan seorang pebisnis atau pemilik bisnis (business owner).

2.    Skill (laba rugi)
Tidak ada yang namanya impas dalam kondisi nyata, kecuali di teori akuntansi.  Yang namanya impas mungkin iya secara keuangan, tetapi ketika Anda telah mengeluarkan tenaga, pikiran, penolakan oleh konsumen dll sebenarnya Anda lagi mengalami defisit secara intelektual.

Sehingga parameternya adalah Anda surplusatau minus! Untuk mengetahui Anda mengalami surplus (berlebih) atau minus(berkurang) adalah hitung pemasukan yang pasti bulanan Anda.

Sekarang Anda coba cek dari mana saja asalincome Anda, dan ini juga berlaku untuk karyawan Anda, yakni dari Gaji/gaji yang Anda tetapkan persentasenya (termasuk bonus dan THR), Fee atau honor, Komisi penjualan, Bagi hasil tabungan/deposito, Royalti atau karya intelektual, Keuntungan Investasi emas, Reksadana, Obligasi/Sukuk, Saham dll, Profit usaha yang dijalankan pihak lain dan seterusnya.

Hitung pemasukan dari yang pasti-pasti saja, dan ambil siklus bulanannya. Begitupun dengan menghitung pengeluaran rutin bulanan, mana saja yang menjadi kewajiban rutin dan kebutuhan (necessity) Anda.
 
Tinggal mengurangkannya, pemasukan di kurang pengeluaran, apakah surplus atau minus.
Adapun Rumus Alokasi Pemasukan adalah1234.

Maksudnya 1234 berarti persentase, yakni :
10 persen untuk Sosial (Zakat, Sedeqah, Infaq)
20 persen untuk Masa Depan (proteksi, menabung, Investasi)
30 persen uang Angsuran (bisa semakin kecil, jika profit meningkat)
40 persen uang Necessity (uang kebutuhan sehari-hari)

3.    Experience (Management By Amplop)
Mungkin ide MBA/Management By Amplop ini ide yang sudah tidak relevan lagi di tengah gencarnya rekening di bank, tetapi poin yang ingin saya sampaikan adalah membuat sebuah pembiasaan sehingga menjadi sebuah karakter diri Anda. Satu kata kuncinya adalah DISIPLIN.

Walau Anda hari ini sudah punya banyak rekening di sebuah bank, tanpa adanya sebuah disiplin terhadap uang Anda, maka fenomena banyaknya orang yang stres akibat salah dalam menggunakan kartu kredit akan menimpa Anda juga.

4 Langkah sederhana yang bisa Anda terapkan dalam MBA ini adalah ;
a.    Masukkan amplop uang yang sudah Anda alokasikan
b.    Lem yang kuat
c.    Beri nama alokasi di setiap amplop
d.    Buka amplop ketika membutuhkan, ingat KEBUTUHAN bukan KEINGINAN.
 
Godaan pasti akan menimpa Anda dalam beberapa hari ke depan ketika Anda mempraktekkan saran dari saya, tetapi jika Anda konsisten, paling tidak melewati 21 hari saja dan menjadi kebiasaan pada bulan-bulan berikutnya, Insya Allah Anda akan semakin SADAR akan uang Anda  

Selamat menjadi cerdas finansial!

Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
Founder SWAT ACTION
Motivator Keuangan Indonesia