Sindrom SALDO MINUS Paska Lebaran

Kenapa tiap tahun setiap habis lebaran, 'kantong' kita selalu kembali 'fithri' artinya Saldo kita kembali NOL.
Sementara di bulan-bulan lain, kadang mengalami Saldo Plus.



Sindrom menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu; hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi.
Sedangkan Saldo adalah selisih antara uang masuk dan uang keluar.
Minus berarti telah terjadinya defisit dimana pengeluaran lebih besar dari pendapatan.

Ibarat penyakit, kita mengalami Sindrom Saldo Minus, suatu gejala penyakit keuangan yang diakibatkan pola pengaturan keuangan yang tidak benar dikarenakan kebanyakan utang alias konsumtif.

Namun anehnya, sindrom saldo minus ini terjadi secara bersamaan dalam jumlah yang masif dan dilakukan secara berjama'ah.

Ibarat Virus, sindrom ini menyerang siapa saja yang pola hidup keuangannya tidak sehat atau setengah sehat.

Setelah mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya), kebanyakan karyawan mendedikasikan uangnya untuk :
1. Pos zakat, jika diingatkan keluarga.
2. Pos hari raya, sangat ingat dan membaginya pada 3 pos yakni untuk makanan, pakaian dan orang-orang sekitarnya.
3. Pos mudik, ini yang biasanya menggerogoti cash kita karena banyak kejadian selama mudik.
Dari yang terencana hingga yang muncul dadakan tanpa bisa kita atasi.
Kalo pun sudah diantisipasi, biasanya tetap mengalami Panic Financing.
4. Pos utang, jika di tagih debt collector.
Pada beberapa orang, selama bulan Ramadhan biasanya mengandalkan kartu kredit untuk buka bersama yang frekuensi nya bisa berkali-kali.
5. Pos investasi, jika ada sisa.
Sehingga sudah bisa di tebak akhir dari episode ramadhan menuju ke lebaran.

Sekarang, mari kita lihat REALITAS-nya paska lebaran :
1. Selalu defisit, dimana Uang THR (Tunjangan Hari Raya) selalu habis, ditambah lagi Dana Darurat (Emergency Fund) kita juga ikut tergerus.
2. Selalu ingin berinvestasi, jika ada sisa.
Faktanya, tidak akan pernah ada sisa, karena uang sudah habis untuk belanja.
3. Salalu merasa untung. Untungnya tahun ini, awal bulan dapat gaji baru lagi sehingga bisa melunasi utang-utang selama Ramadhan.

Maka Solusi dari Sindrom Saldo Minus tadi adalah dengan melakukan Terapi Cash Flow lewat sebuah pembiasaan gaya hidup sederhana dan membangun aset lancar.

Mari kita bahas dulu apa itu Aset.

Apa itu aset atau harta?
 
Aset secara sederhana adalah yang ngasih makan kita, sementara lawannya adalah utang, yang 'makan' kita.
Secara filosofi, aset seperti bentuk hurup K, ada yang menunjuk ke atas dan ada yang ke bawah, artinya kita harus memiliki ke dua tipologi aset tersebut.

Ada 3 macam bentuk aset :
a. Aset Lancar, harta dalam bentuk kas atau setara kas, misalnya Tabungan, Deposito dan Emas, Giro, Reksadana pasar uang.
Ini adalah harta kita yang dapat dicairkan dalam jangka waktu di bawah 1 tahun.
b. Aset Guna Pakai, harta atau apa-apa yang kita gunakan untuk kehidupan sehari-hari yang merupakan bagian dari kegiatan kehidupan.
Misalnya, rumah tinggal, kendaraan (mobil, motor), furnitur, perhiasan emas, perhiasan berlian, dan barang warisan (family heirloom).
c. Aset Investasi, harta yang tidak kita konsumsi karena kita mengharapkan adanya pendapatan tetap berkala/arus kas atau kenaikan modal (capital gain) dari kepemilikan tersebut.
Contohnya, rumah yang disewakan, apartemen yang disewakan, ruko yang disewakan, tanah, koleksi batik kuno, koleksi lukisan dan benda seni lain, saham, obligasi/sukuk, reksadana, emas batangan dll.

Mana yang kita perlukan?

Tiga-tiganya kita perlukan, secara jangka pendek kita perlu aset lancar, secara jangka panjang kita perlu aset investasi.
Adapun aset guna pakai, selagi masih bisa kita biayai dari income kita dan tahu bahwasanya aset guna pakai akan mengalami depresiasi, maka boleh-boleh saja kita 'koleksi'.

Lalu Terapi seperti apa yang perlu kita lakukan?

1. Perbanyak income
Jangan hanya mengandalkan 1 income, 1 outcome boleh.
Artinya, selagi masih di beri produktifitas, maka pro aktif lah dalam mendiversifikasi pendapatan kita.
Selain itu, perlu sesegera mungkin dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya untuk menyelesaikan utang konsumtif.
Jangan terbebani dengan utang hingga membuat Anda panic financing.

2. Perbanyak networking
Semakin banyak Anda silaturrahim, maka semakin terbuka peluang yang tidak pernah Anda sangka-sangka.
Jadikan networking yang Anda bentuk bersifat paripurna, bentuklah komunitas yang tetap Anda bisa sharing informasi sehingga Anda di kenal memiliki kompetensi yang memang jaringan Anda butuhkan.

3. Perbanyak aset investasi
Berinvestasilah di awal ketika menerima menerima pendapatan.
Karena mereka yang menghargai dirinya lebih dahulu akan bisa sukses.
 
Berikut beberapa bentuk investasi :
a. Investasi akhirat
b. Investasi untuk tujuan finansial
c. Investasi pribadi dan keluarga
4. Hiduplah semurah mungkin
Membiayai kebutuhan hidup adalah sebuah keniscayaan, tetapi punya daya juang dalam mengelola keuangan berarti Anda semakin dekat dengan kesuksesan keuangan.

5. Bersenang-senanglah
Hidup juga perlu kita nikmati, maka dari itu kita perlu untuk menjaga keseimbangan kesehatan dan keseimbangan emosional.
Jangan sampai karena tertekan secara ekonomi, kita melupakan rekreasi dan relaksasi.

6. Bersyukurlah
Tidak ada kesuksesan sejati tanpa ada rasa syukur didalamnya.
Maka mulai hari ini ketika bangun tidur, nikmati beberapa detik untuk mengucapkan syukur atas kelimpahan rahmat dari Allah SWT kepada kita.

Siap melakukan Terapi Cash  Flow!


Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology www.P3KCheckUp.com
Founder SWAT ACTION
Motivator Keuangan Indonesia
0815 1999 4916


#SindromSaldoMinusPaskaLebaran
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow