Happy Friday-Setelah
pekan lalu kita membahas resesi ekonomi bagian ke-2, maka tulisan terakhir ini
merupakan bagian pamungkas atau solusi jitunya.
Apa saja yang perlu kita persiapkan agar dari Management
By Accident menjadi Management By Anticipation.
Dari Resesi menuju Suksesi Keuangan yang mudah,
menyenangkan dan bisa diwariskan.
4 Macam Pendapatan
Di beberapa opini teman saya mengatakan, “Pendapatan
itu terbatas dan keinginan itu tidak terbatas.”
Sekarang coba kita balik cara melihatnya.
Pendapatan yang tidak terbatas, dan keinginan kita yang terbatas alias berkecukupan, artinya segala hal serba cukup sesuai kebutuhan kita saja.
Resesi Ekonomi di antara 2 sisi KOIN (Bagian 3) |
Sahabat, sejatinya pendapatan itu tidak
terbatas, bagi yang memahaminya.
Fenomena orang kaya semakin kaya, adalah bukti kuat bahwasanya tidak ada yang membatasi pendapatan kita.
Tetapi di sisi lain, banyak juga yang dengan 1 pendapatan saja masih bingung.
Bingung mendapatkan dan bingung mengelolanya, apalagi mewariskannya.
Agar 1 pengeluaran bisa di tutup dengan 1 pendapatan 3 bulan ke depan, maka untuk bulan-bulan berikutnya kita memiliki minimal 4 macam pendapatan.
Ini untuk memudahkan saja agar kita bisa fokus dalam memiliki pendapatan.
Karena pendapatan ke-5 dan seterusnya, bisa kita rancang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas Financial Intelligent kita.
Pendapatan apa saja hal di atas?
Ke-empat Pendapatan itu berbasis :
1. Keahlian kita
Jika kita hari ini berprofesi sebagai seorang karyawan, jadilah karyawan yang berprestasi dengan kompetensi kita yang memadai, sehingga permasalahan di perusahaan tertolong dengan keahlian kita.
Tetapi ini saja belum cukup, karena perubahan zaman begitu pesatnya maka kompetensi berbasis sertifikasi profesional wajib kita miliki.
Perusahaan senang, kita pun bisa berinvestasi dari leher ke atas, yakni Pengetahuan, Keterampilan dan Pengalaman.
Logika dasarnya, semakin sedikit yang menguasai bidang tertentu, biasanya berkorelasi positif dengan kekayaan orang yang menguasainya.
Jika di satu perusahaan, hanya ada 5 orang ahli di sebuah bidang, maka bergaining position kita akan semakin kuat.
Agar orang tahu kita punya keahlian, buatlah prestasi atas keahlian kita dengan mengkomunikasikannya ke orang yang tepat.
Ketika prestasi sudah dipunyai, Insya Allah prestise akan datang dengan sendirinya.
Apalagi jika kita kategorinya adalah pekerja mandiri, maka ‘branding’ yang kita bangun adalah aset sejati kita, yakni trust.
2. Kebutuhan konsumen kita
Pola umumnya karyawan atau para profesional biasanya berdasarkan gaji bulanan, artinya setelah 1 bulan bekerja baru mendapatkan upah/Fee.
Upah/Fee inilah yang bisa di kelola untuk menghidupi kehidupan keluarga kita sehari-hari, apalagi jika isteri kita tidak bekerja.
Maka perlunya kita memiliki pendapatan berbasis ritel.
Ritel adalah suatu kegiatan pemasaran produk, baik barang maupun jasa, yang dilakukan secara eceran atau satuan langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan rumah tangga atau pribadi, bukan untuk dijual kembali.
Jika kita bisa memenuhi kebutuhan konsumen, maka ini bisa menjadi pendapatan harian kita tanpa harus menunggu akhir atau awal bulan gajian.
Risetlah produk atau jasa yang lagi dibutuhkan oleh konsumen kita.
Fokuslah memberi solusi buat konsumen kita secara ritel.
3. Karya Intelektual dan Digital yang kita
punyai
Seorang Bob Sadino (Alm) mungkin bukan Doktor Bisnis keluaran Sekolah Bisnis terkenal dari luar negeri, tetapi beliau di masa jayanya pernah punya banyak anak buah atau karyawan bergelar Master dan Doktor.
Uraian, Nasehat, Disiplin, Sejarah hidup beliau begitu menginspirasi.
Ini bisa dijadikan sebagai Karya Intelektual yang layak jual buat menginspirasi orang untuk berusaha.
Persoalan ada yang mau memonetizenya menjadi uang dan tidak, itu adalah pilihan.
Tetapi kita sepakat, bahwa legacy itu perlu buat orang-orang setelah kita.
Seorang anak muda energik, Dewa Eka Prayoga yang pernah utang 7 miliar, akhirnya menjadikan kisah inspirasi kebangkrutannya dan bagaimana beliau sukses menjual lewat Karya Intelektual nya, buku cetak.
Buku-buku beliau laris manis tanjung kimpul, hanya di jual via online dengan HPP (Harga Pokok Produksi/Penjualan) rendah sekali, tetapi menyasar ke harga premium di atas rata-rata toko buku Gramedia.
Beliau bisa sukses dengan memiliki pendapatan berbasis Karya Intelektual dan Digital.
4. Kepemilikan bersama-sama
Hari ini fokus kepemilikan sudah bergeser ke arah berbagi (sharing).
Dalam hal investasipun, berbagi sudah menjadi hal yang lazim.
Bagaimana sebuah usaha dimiliki puluhan bahkan ratusan orang.
Jika penghasilan kita dari 1 outlet Rp 500 ribu, dan kita memiliki 100 outlet, maka Rp 50 juta sudah rutin masuk ke rekening kita.
Inilah indahnya kepemilikan bisnis secara bersama-sama.
Maka pendapatan yang seperti ini kedepannya
akan kembali marak.
Tidak apa-apa jika kita punya saham 5-10% dari bisnis yang menghasilkan free cash, ketimbang punya bisnis 100% tetapi tidak menghasilkan free cash.
Apalagi jika saham 5-10% tadi saham prospektif dalam jumlah yang banyak.
Tinggal kita atur saja bagaimana menjadi penghasilan bulanan, atau jika dapatnya akhir tahun semuapun kita bisa bagi 12 bulan yang tiap bulan bisa kita ambil untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gaya hidup kita dan keluarga sehari-hari.
PRIORITAS Aset
Tulisan di bagian ke-2 lalu ada pertanyaan tentang bagaimana kita memprioritaskan aset-aset kita.
Ada 3 macam aset yang umumnya harus kita miliiki.
Aset lancar, aset guna pakai dan aset investasi.
Maka prioritas kita dimulai dari :
1. Aset lancar
Kenapa aset lancar, karena kembali kepemahaman semula kita Cash is the king, but Free cash is the queen.
Cash itu adalah uang tunai, uang yang kita pegang dan bisa kita langsung gunakan.
Walau saya sering mengatakan kita perlu memiliki uang kertas di rekening, deposito di bank, emas LM (Logam Mulia), reksadana, uang digital dan lainnya, tetapi bagi seorang penjual mobil profesional, aset lancarnya adalah mobil.
Kenapa mobil?
Karena bagi mereka para penjual mobil profesional, mencairkan mobil menjadi cash itu bukan persoalan sulit, tinggal menurunkan harga jual atau ‘menitipkan’ mobil tersebut ke temannya, maka cash detik itu juga berpindah tangan.
Beda dengan kita yang bukan profesional penjual mobil, walau harga mobil sudah diturunkan pun, belum tentu ada yang mau bayar cash.
Dan biasanya itu memerlukan waktu yang cukup Panjang hingga cash bisa di tangan.
Biasanya ketika resesi terjadi, semua orang cenderung untuk menahan uangnya, dan banyak usaha/bisnis yang dijual murah.
Bagi yang punya cash, itulah saat ‘panen’ karena kita punya cash.
2. Aset investasi
Prinsip investasi adalah berinvestasilah di tempat yang kita paham cara bermainnya.
Jikapun tidak, kita punya orang atau lembaga yang kita percayai untuk mengelolanya.
Setelah mendapatkan hasil investasi, lakukan investasi lagi agar terus bertumbuh denga arus kas atau pertambahan nilai/modal investasi kita.
Karena kita baru adanya aset lancar, maka arus kas menjadi penting, artinya carilah bisnis yang menghasilkan arus kas dalam bentuk bulanan atau tiga bulanan, lalu sebarlah di beberapa tempat.
Karena dengan arus kaslah kita bisa memenuhi kebutuhan dan gaya hidup kita sehari-hari.
Dan yang tidak kalah pentingnya, aset investasi ini juga investasi pengetahuan, keterampilan baru dan keahlian kita yang meningkat, bisa core competence kita, bisa juga investasi lain yang sesuai dengan perkembangan zaman dan terukur.
3. Aset guna pakai
Setelah memiliki aset lancar dan aset investasi, baru ke aset guna pakai, seperti benda-benda, hobi dan lainnya.
Fokuslah dulu pada aset benda yang minimum cost, baru yang maximum cost hasil dari aset investasi.
Artinya, sebelum kita naik level gaya hidup, aset investasi kita sudah melampaui kebutuhan hidup dan gaya hidup kita.
Karena disini jebakan keuangannya, dimana semakin tinggi penghasilan seseorang semakin tinggi juga gaya hidup kita.
Orang yang bijaksana dalam keuangan adalah yang tahu kapan waktu yang tepat menggunakan uangnya dan kapan mendapatkannya.
Selamat menghadapi Resesi Ekonomi dengan Gaya Hidup Sehat Keuangan.
Hari 'Soul' Putra
Managing Director WealthFlow 19 Technology
www.P3KCheckUp.com
Founder IBC/Indonesian Business Community
Motivator Keuangan
#ResesiEkonomiDiantara2SisiKoinPendapatanDanPengeluaranBagian3
#MotivatorKeuangan
#SpiritualFinance
#KetenanganKeuangan
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#TerapiCashFlow
#MengaturPendapatan
#HariSoulPutra
#ManajemenKeuangan