Safar secara harfiah berarti melakukan perjalanan.
Orang yang melakukan safar
disebut dengan musafir.
Kalau dulu Para
Pengelana, Pengembara atau Penjelajah besar seperti Ibnu Batutah, Marcopolo
dan lainnya adalah orang-orang terpandang, terpelajar dan Cendekiawan, yang
tujuan safarnya tidak sekedar jalan, tetapi meninggalkan jejak sejarah.
Hari ini pun seyogyanya,
setiap etape perjalanan kita, minimal terdokumentasikan lewat kata
dan gambar.
Walau gambar atau foto
memberi 1001 makna, tetapi text atau kata tetaplah lebih powerful karena
membuat orang berfikir akan sebuah narasi yang tercipta.
Berbicara tentang
perjalanan, alangkah baiknya dimulai dari hal yang paling mendasar.
Ada sebuah hadits
mashur terkait safar atau perjalanan.
Begini bunyinya :
"Janganlah
bersengaja melakukan perjalanan dengan sengaja (dalam rangka ibadah dan tujuan
safarnya adalah tempatnya) kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid
Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.”
(HR. Bukhari, No. 1189
dan Muslim, No. 1397).
Jika menggunakan
Prinsip Starting with the End, maka safar yang akan kita lakukan
mengacu pada 3 tempat di atas.
Minimal niat kita, kita
tancapkan dalam hati untuk bergegas dengan segala daya upaya menuju ke tiga (3)
kota suci tersebut, Baitul Maqdis (Jerussalem), Madinah dan Makkah
sebelum ke kota-kota lainnya.
Walau dalam prakteknya
akan banyak deviasi, minimal NIAT kita sudah kita maklumatkan ke alam semesta,
bahwasanya kita akan bergerak ke arah sana.
Kumulai langkah
pertama ke Palembang (Kota Sriwijaya)
"The journey of a
thousand miles begins with one step, Perjalanan ratusan mil dimulai dengan satu langkah."
Adalah filsafat mashur
terkait untuk MEMULAI.
Sebagai anak kampung,
mimpi itu sesuatu yang mengasyikkan.
Apalagi ketika jargon,
"Mimpilah setinggi langit, kalaupun jatuh akan jatuh di antara
bintang-bintang" ini yang memenuhi kepala kita.
Dan dahsyatnya, di theater
of mind saya telah di ‘cekokin’ oleh berita-berita Suara Indah Penyiar BBC
(British Broadcasting Corporation), ABC, VOA dan Radio Gelombang Pendek
lainnya, dari negara nun jauh di kampung saya, Curup, Bengkulu.
Tak terbayangkan saat
itu Radio Suara Mesir di Benua Afrika sana, suatu hari negara Sungai Nil itu
akan saja jejaki.
Dikarenakan seringnya
mendengar 'Propaganda' dari Radio-Radio Luar Negeri tersebut, angan-angan yang
akhirnya jadi visi ini, telah menjadi Blue Print (Cetak Biru) WAJIB
dijalani, walau entah kapan.
Bagi orang kampung,
rata-rata perjalanan itu paling jauh ke Ibukota Provinsi, Kota Bengkulu.
Atau perbatasan
Bengkulu-Pelambang, di Lubuk Linggau.
Tidak pernah jauh dari
itu.
Kalaupun jauh, sebatas
melihat Pesawat Terbang yang memberangkatkan Jama'ah Haji ketika Musim Haji
tiba.
Saat itu tidak ada
YouTube seperti Era Kekinian.
Dari gambar yang
dikirim via Korespondensi dengan Penyiar Siaran Indonesia dari Radio Luar
Negeri itulah yang menjadi pelipur lara, kala keinginan menjelajah dunia bisa
terobati.
Walau begitu, menginjak
masa SMA, ada sebuah peluang yang menanti untuk di jalani.
Perjalanan pertama saya
dilakukan ke Palembang via Kereta Ekonomi Lingau-Kertapati.
Kereta Pertama yang saya naiki |
Saat itu saya baru
menginjak tahun ke-2 di Smansa Curup tahun 1995.
Inilah pengalaman
pertama yang tidak akan pernah terlupakan.
Berdua dengan teman
saya yang kakaknya Kuliah di Politeknik Sriwijaya, Palembang kami menyusuri
desa-desa sepanjang Lubuk Linggau-Palembang.
Inilah Perjalanan
Mandiri pertama yang kami lakukan, melihat sebuah Perspektif lain dari budaya
yang berbeda.
Walau, Bengkulu pernah
menjadi Keresidenan Palembang, tetapi tetap saja Palembang adalah sebuah kota
dengan ragam dan kompleksitas kehidupan kota besar.
Di tambah lagi,
lingkungan yang kami tinggali sementara itu adalah lingkungan kampus.
Dari sana saya banyak
belajar tentang kemandirian dan 'ideologi' Ekonomi Syariah dalam praktek di
sebuah Komunitas Tarekat.
Sebuah 'toleransi' dari
cara mengamalkan Sistem Ekonomi Islam yang kala itu masih dihegemoni Sistem
Ribawi.
Dari Kota Palembang
inilah, akhirnya tertanam keinginan untuk mengunjungi kota lainnya.
Bersambung bagian ke-2, Kutunggu di Jogja, (Kota Pelajar)...
Ilustrasi : Kereta Api Ekonomi
Linggau-Kertapati
#FotoBersambung1
#PhotoStory
#MotivasiKeuangan
#TerapiKeuangan
#SafarnyaTravellerDuniaFotoBersambung1
#FotbungFotoBersambung
#HariSoulPutra
#TravellerDunia